"Menggapai harapan setinggi gunung dengan berfikir seluas samudera"

Rabu, 13 Maret 2013

Jalan-jalan ke Gunung Ciremai (Part 3)


PATRAPALA RU VI sebuah nama kumpulan pecinta alam yang kami coba gaungkan. Kali ini kami merencanakan pendakian ke gunung Ciremai via Palutungan Kabupaten Kuningan - Jawa Barat. Dari temen kerja, temen main hingga beberapa kenalan juga berminat dan sampai akhirnya pada tanggal 8 Maret 2013 yang fix ikut ada 14 orang. Beberapa peralatan, logistic dan transportasi kami adakan baik ada yang milik pribadi maupun dari sharing cost. Sebelumnya saya dan 1 orang teman saya beberapa minggu sebelumnya menyempatkan survey ke Ciremai jalur Palutungan namun kami tidak berhasil sampai puncak karena kendala cuaca dan minimnya peralatan. Untuk kali ini jadwal yang kami rencanakan berangkat hari Jumat tanggal 8 Maret 2013 sepulang kerja s/d tanggal 10 Maret 2013 pkl 18.00 dan berharap cuaca lebih baik dari waktu kami survey. Keberangkatan pkl 17.00 mundur hingga pkl 19.00. Beberapa alasan seperti telatnya pulang kerja, masih prepare dan bla bla bla menjadi penyebabnya. Start dari RDP Indramayu dengan menggunakan 3 mobil. Dan juga kami sempatkan makam malam di Cirebon. Di perjalanan menuju Palutungan Kuningan kami terpisah, sehingga menyebabkan kami saling tunggu apalagi rombongan 1 mobil yang terpisah ini tidak mengetahui lokasi pos pendakian Palutungan. Sampai akhirnya rombongan lengkap terdiri dari 14 orang sampai di POS Pendakian desa Cisantana kec Palutungan pada pukul 23.00. Sebelum berangkat saya menemui pak Nana salah satu penjaga pos pendakian (Mitra Pengelola Pendakian Gunung Ciremai) dan beliau menawarkan untuk menginap di POS dulu mengingat kondisi cuaca gerimis dan terlalu malam juga untuk melakukan pendakian.Setelah berdiskusi, akhirnya kami putuskan untuk melakukan pendakian dan ngecamp di POS 1 Cigowong. Oh ya perlu diketahui bahwa jalur Palutungan ini ada 9 POS pendakian loh, dan ada 2 sumber mata air yaitu POS 1 Cigowong dan POS 8 Goa Walet (klo kemarau di Goa Walet kering). Lanjut, 3 jam perjalanan akhirnya kami sampai di Cigowong. Buka tenda lanjut tidur, tapi ada juga yang masih begadang sambil ngopi. Pagi-pagi sekali teman-teman sudah mulai masak, saya sendiri masih tidur pulas hingga pkl 08.00 saya terbangun. Setelah semuanya selesai sarapan kami segera membereskan tenda dan melanjutkan perjalanan tepat pkl 09.00.

Senin, 11 Februari 2013

Jalan-jalan ke Gunung Ciremai (Part 2)


Waktu yang kurang tepat, persiapan yang kurang memang benar-benar menjadi kendala dalam jalan-jalan kali ini ke Gunung Ciremai. Jalan-jalan kali ini tepatnya kami laksanakan hari Sabtu-Minggu tanggal 9-10 Pebruari 2013, masih kemaren ya?? hehehe. Pebruari ya?? pastinya musim hujan kan? Bagi kami yang doyan dan ketagihan blusukan, hujan tidak akan menurunkan semangat kami. Bisa dibilang tiap jalan-jalan kami adalah rencana mendadak dan terealisasi. Kami?? ya Saya dan satu teman saya namanya Gento a.k.a Wahyu Dita. Ditengah-tengah kesibukan masing-masing yang kebetulan sama-sama bekerja di Indramayu, ada kalanya ada waktu libur Sabtu-Minggu. Weekend gini nih daripada nganggur mending jalan-jalan atau blusukan ke Ciremai #tema obrolan saat di angkringan SC Jumat malam. Tidak seperti biasanya, memang klo jalan-jalan ke gunung rata-rata 3 orang lebih karena beberapa teman yang lain kita ajak kebetulan tidak dapat bergabung, ya gak masalah 2 orang tetap berangkat juga. Sebelumnya saya pernah ke puncak Gunung Ciremai ini tahun lalu melalui jalur Apuy kabupaten Majalengka. Untuk yang kedua kalinya ini ingin coba jalur lain dan ada misinya juga yaitu survey untuk pendakian rombongan teman kerja dan teman main bulan depan rencananya. Sabtu dini hari (habis begadang nih ceritanya) beberapa peralatan kami siapkan, cuma minus 1 sleeping bag, matras dan kompor (gas stove) karena kedua perlatan tersebut ketinggal di kampung halaman saya :(. Berharap cuaca hujan tidak terlalu dingin dan untuk masak bisa pinjam gas stove ke pendaki lain atau pake kayu bakar. Oke lanjut ya Jam 9 pagi kami berangkat dari Indramayu kemudian jam 10 kami ke Ciperna ada keperluan pekerjaan sebentar. Selesainya kami lanjutkan ke kota Kuningan. Sebelum ke lokasi pendakian kami sempatkan makan siang sebentar dan membungkus lauk + nasi buat bekal disana serta belanja beberapa logistik. Oh ya jalur yang kami pilih ini jalur Palutungan dan memulai start Desa Cisantana - Kec Cigugur - Kab Kuningan. Disini ada pos perijinan yang dikelola mitra Taman Nasional Gunung Ciremai. Sebenarnya pendakian Gunung Ciremai masih ditutup sampai akhir bulan Pebruari ini, dan jika diijinkanpun harus memakai potter/guide dan untuk rombongan minimal terdiri dari 3 orang. Ya jelas kami tidak memenuhi persyaratan tsb, namun entah kenapa petugas tersebut mengijinkan kami untuk naik ke Ciremai walaupun cuma berdua dan tanpa guide. Apa karena tampang kami tampang pekerja kasar a.k.a kuli bangunan??, sempat jadi candaan kami diperjalanan, hahaha Dari info di pos perijinan, sudah ada 10 orang yang sudah 1 hari disana. Wah ternyata masih ada temennya.
Jam 13.15 kami mulai berangkat dari pos perijinan dengan cuaca panas namun kami dapat melihat kabut di atas gunung. Dari pos perijinan kami melewati jalan kecil (gang) perkampungan kurang lebih 100 meter. Setelah itu mulai memasuki perkebunan palawija warga dan ada beberapa kandang sapi. 20 menitan baru kami sampe hutan yang didominasi pohon cemara. Dari sini mulai terasa tanjakannya namun masih belum terlalu terjal. Baru 1 jam perjalan tepat pukul 14.30, hujan deras menemani perjalanan kami. Jalan setapak yang kami lewati merangkap jadi jalur aliran air hujan. Langkah kaki kami jadi agak melambat seiring makin licinnya jalan. Ilalang tumbuh subur disepanjang jalan yang kami lalui dan kadangkala daunnya menggores kulit tangan dan kaki kami. Air hujan telah menurunkan suhu tubuh kami sehingga tidak begitu terasa gerah karena sistem kerja aliran darah dan kelenjar keringat yang terus bekerja extra. Botol air minum yang kosong setelah kita habiskan untuk melepas dahaga, perlahan-lahan mulai penuh setelah kami menadah tetesan-tetesan yang cukup deras dari batang dan rantin pohon cemara. Jam 15.30 kami tiba di POS 1 Cigowong. Di POS ini ada shelter yang cukup besar bisa menampung 20 orang tapi berdiri ya, untuk camping ground sekitar shelter bisa 25 tenda. Sumber air permanen satu-satunya di jalur pendakian ini yaitu sungai kecil yang airnya begitu jernih dan dingin. Di shelter kami disambut beberapa orang terlihat seperti pendaki dan yang lainnya kami tebak adalah penduduk lokal sedang membuat api unggun. Walaupun di luar kondisi hujan, di shelter ini kami bisa menghangatkan diri. Benar memang mereka adalah pendaki yang terdiri dari 2 rombongan yaitu rombongan dari Jakarta terdiri dari 4 orang dan rombongan lainnya dari Kuningan terdiri dari 3 orang, selebihnya adalah penduduk lokal sekitar gunung ini. Kok total 7 orang, yang 3 lainnya mana menurut info POS Pendakian ada 10 orang. Ternyata rombongan lainnya melintas dalam artian jalur pulang tidak sama dengan jalur keberangkatan, bisa jadi turunnya ke Linggarjati atau Apuy. Jadi!!! kami bakalan sendirian di atas!!! gak masalah... semangat kami masih tinggi untuk menuntaskan pendakian ini. Di shelter kami sempat dimasakkan air sama temen-temen pendaki lain, ya sebelumnya saya cerita klo kompor ketinggalan. Alhamdulillah kami berdua bisa membuat kopi, sungguh kenikmatan tiada tara disaat kedinginan kondisi basah karena kehujanan dan tak lupa rokok menemani. Bisa dikatakan cukup lama kami disini, sampai satu persatu para pendaki dan penduduk lokal meninggalkan shelter untuk turun. Tinggal kami berdua, lanjutkan perjalanan! sempat kami bawa beberapa kayu bakar sisa api unggun mengingat kami tidak bawa kompor serta kondisi diluar hujan pasti kayu basah semua, minimal pas cerah kami bisa buat api unggun di puncak. Jam 17.00 kami melanjutkan perjalanan, jalan begitu terasa menanjak setelah melewati sungai. Hari mulai gelap, head lamp yang kami pakai mulai kami nyalakan. Hujan sudah tidak begitu deras namun masih banyak genangan air di jalan yang kami lalui. Sempat bertemu 2 orang penduduk yang turun kemungkinan membawa sesuatu, biasanya penduduk suka mencari ayam hutan atau trenggiling klo di jam-jam begini. Kadang melarang yang seperti ini susah karena rata-rata alasan buat mengisi perut, mudah-mudahan pemerintah daerah bersama Taman Nasional dapat mengarahkan pelaku-pelaku perusak lingkungan ini. Jalanan tidak begitu sulit meskipun kondisi gelap, sangat jelas jalurnya. Yang berat adalah kemiringan jalur ini, wah ya lumayan memaksa otot kaki bekerja lebih keras. POS 2 Kuta serta POS 3 Pangguyangan Badak telah kami lewati dan akhirnya  hampir lebih dari setengah jam setelah POS 3 yaitu pukul 19.30 akhirnya kaki si Gento kram. Mau tidak mau kami harus istirahat dan mendirikan tenda disini. Kebetulan kami berhenti di tikungan tanjakan dengan camping ground cukup bisa dipakai satu tenda kapasitas 3 orang. Masalah lanjut ke puncak bisa kami pikirkan keesokan hari stelah kami istirahat. Tenda berdiri, kami bisa makan malam dan kondisi di luar masih gerimis. Jam 21.30 langit begitu cerah, kami menengadah ke atas terlihat bintang-bintang disela-sela rimbunnya pepohonan. Sempat saat itu juga kami kepikiran untuk melanjutkan perjalanan namun feeling saya kurang pas karena cuaca sulit ditebak apalagi ada yang kakinya kram. Permainan domino, merokok, minuman kopi kaleng dan obrolan demi obrolan menghabiskan malam kami. Lanjut tidur, dan tidak lama sekitar pukul 01.30 saya terbangun. Bukan karena suara binatang yang mengagetkan, pengen kecing atau apa tapi karena kedinginan. Bener-bener butuh sleeping bag dan jacket gunung. Sleeping bag cuma satu yang kami pake bersama untuk alas tidur pengganti matras sedangkan jacket yang saya bawa saya pake sebagai pengganti jas hujan otomatis masih basah. Terbangun - tidur - terbangun dan ditemani beberapa kentut, wkwkwk akhirnya hari mulai pagi. Kami mencoba membakar kayu yang kami bawa dari POS 1 berharap bisa memasak air untuk membuat kopi dan mie. Satu jam lebih masih tidak berhasil, sempat nyala besar trus mati lagi mungkin karena suhu yang terlalu dingin dengan kelembapan yang tinggi menjadi penghalang. Sarapan pagi masih dengan nasi bungkus yang sengaja tidak kami habiskan saat makan malam. Karena terlalu siang dan cuaca mendung jadi kami putuskan untuk tidak melanjutkan mendaki, akhirnya kamipun turun jam 10 pagi. Perjalanan turun terasa begitu cepat dan sempat sedikit terkejut karena perjalanan yang kami lewati kemaren pada malam hari begitu terjal. Kami banyak berhenti apalagi ada view yang bagus dan tidak terburu-buru juga #masih betah. Melihat hijau-hijau dedaunan, lumut-lumut yang menempel pada pohon-pohon besar yang terlihat berumur tua sungguh sejuk di mata dan pastinya udara begitu segar. Jelas beban kehidupan tak terpikirkan walaupun untuk sementara sih. Alhamdulillah sampai POS 1 jam 12.30, disini air melimpah bisa buat BAB dan di shelter masih ada sisa kayu bakar untuk api unggun kemarennya. Karena kayunya kering jadi mudah terbakar, sesuatu itu adalah bisa masak air untuk buat kopi dan mie :P. Sepi sekali dan memang sepanjang perjalanan turun ini sama sekali tidak bertemu orang lain. Kami puas-puasin disini sebelum kembali ke rutinitas ketemu hari SENIN :(. Jam 15.30 kami balik seiring semakin derasnya hujan yang telah mengguyur satu jam lamanya. Semakin ke bawah semakin reda hujannya. Pukul 17.30 kami sampai di POS Perijinan Pendakian Cisantana. Walaupun tidak sampai puncak, kami tetap senang karena masih bisa menikmati dan bersahabat dengan alam.   














Selasa, 05 Februari 2013

Jalan-jalan ke Pantai Indrayanti - Gunung Kidul (Yogyakarta)



Pantai Indrayanti pertama kali kudengar dari postingan di kaskus dan beberapa blog yang belakangan ini ramai dibicarakan. Pantai Indrayanti merupakan sebagian wilayah pantai selatan yang berlokasi di kabupaten Gunung Kidul provinsi DI Yogyakarta, mungkin nama-nama lain yang lebih familier seperti pantai Baron, Sundak, Sepanjang, Krakal, Drini, Nagndong, Kukup dll. Bisa dikatakan Pantai Indrayanti adalah pantai paling ujung jika dari arah Yogyakarta yang artinya berada di hampir yang paling timur diantara pantai-pantai lain yang dimiliki Gunung Kidul. Rencana dadakan kami untuk kesana akhirnya deal juga. Siang hari tanggal 2 Pebruari 2013, kami berempat berangkat dari Yogyakarta dengan mengendarai mobil pribadi melewati Dlingu (jalur tengah). Perjalanan mulai terasa mengasyikan saat memasuki kabupaten Gunung Kidul, kita akan disuguhi jalanan khas pegunungan yang rata-rata sempit dan naik turun yang tajam. Kebetulan keberangkatan kali ini saya yang nyetir jadi para penumpang banyak yang protes karena terlalu kencang, hehehe. Vegetasi tanaman khas pegunungan pantai yang gersang yaitu jati, kelapa  dan pete menemani sepanjang perjalanan. Kondisi perkampungan masih begitu sepi dan bahkan beberapa daerah memang masih gunung tidak ada perkampungan sama sekali. Untuk menuju ke pantai ini membutuhkan waktu 2 jam jika dari kota Yogyakarta. Sebelum sampai di pantai Indrayanti kami melewati beberapa pantai lain seperti Baron, Sundak, Kukup dll. Diantara pantai lainnya, kelihatannya pantai Indrayanti yang paling rame kemungkinan karena pantai ini masih baru dibuka dan tidak selama pantai-pantai lain. Parkiran disini cukup luas, bahkan banyak sekali bus-bus pariwisata ukuran besar. Sekilas pantai ini mirip pantai Kuta Bali namun memang pasirnya tidak sepanjang pantai Kuta dan ombaknya kurang cocok untuk surfing. Pasirnya bersih, airnya jernih itu penilaian awal saya saat berjalan di tepi pantai ini. Rata-rata pantai Gunung Kidul ini memiliki tebing dan ada semacam pulau di ujung pantainya seperti Tanah Lot Bali. Yang harus menjadi perhatian pengujung adalah ombak dan arus yang kencang, sangat membahayakan bagi anak kecil yang bermain tanpa kawalan orang tuanya, meskipun disini sudah ada penjaga pantainya yang selalu siaga. Disini juga ada persewaan motor speedboad jika ada yang berminat. Tak kalah pentingnya, kita harus mencoba kuliner pantai ini. Sepanjang pantai ini tempat makan tersedia menu sea food dan kelapa muda pastinya. Untuk penginapan juga tersedia tapi memang sekilas masih sederhana tidak seperti di Bali dan Pangandaran. 

Rabu, 02 Januari 2013

Jalan-jalan ke Bromo (Lagi & lagi...)



Bromo!!!...serangkaian acara jalan-jalanku di musim liburan saat yang tepat untuk ambil cuti kerja. Setelah Sempu, Teluk Hijau dan lanjut Bromo. Tidak ada berhentinya roda berjalan menemaniku untuk menyusuri alam Indonesiaku yang indah. Jalan-jalanku pada biasanya bersama teman-teman Bluzzukan Community atau teman kerja, kali ini agak berbeda jalan-jalanku kali ini bertemakan family adventure. Saya sebut demikian karena lengkap keluargaku ikut ada ibu dan adik-adikku ditambah lagi kakak sepupuku. Walaupun mobil butut yang kecil ini Jimny 4x4 cukup mengantarkan kami untuk fun offroad ke Bromo. Keberangkatan kami dari rumah (Yosowilangun - Lumajang) habis Maghrib, dengan kondisi hujan sedikit memperlambat laju kendaraan. Hingga sampai daerah Burno - Senduro Lumajang hujan mulai reda. Memasuki wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, jalanan mulai gelap dengan kanan kiri kami adalah hutan belantara. Udara dingin sangat terasa saat kita sampai di Ranu Pane. Dari Ranu Pane kita masih turun untuk menuruni kaldera Gunung Tengger hingga sampai di lautan pasir. Gelap gulita sedikit membuat kita was-was terhadap jalan yang akan kami lalui, dengan luasnya lautan pasir sangat bisa membuat kami nyasar. Namun alhamdulillah sampai akhirnya kami dapat melihat lampu penerangan hotel di wilayah Probolinggo, berarti kita sudah dekat dengan gunung Bromo. Segera mencari camping ground yang tepat, dan tendapun kami dirikan. Malam kami lewati dengan minum kopi, bakar-bakar ikan (ikan dan kayu bakar memang sudah kami siapkan dari rumah), hehehe niat yo!!!. Benar-benar senang sekali dapat melihat keluarga yang kita cintai tersenyum dan tertawa di hadapan kita,.. sungguh anugerah yang tiada tara.

Jalan-jalan ke Teluk Hijau (Green Bay) - Taman Nasional Meru Betiri (Banyuwangi)


Jalan-jalan ke Teluk Hijau merupakan serangkaian rencana singgah saya dalam perjalanan menuju Teluk Permisan via Sukamade. Pada Jumat dini hari 28 Desember 2012 kami berangkat dari rumah di Lumajang, dan kali ini hanya beberapa anggota Bluzzukan Community yang ikut bergabung yaitu Saya, Ismu, Fani dan Mas Anwar ditambah lagi di luar anggota yaitu Lek Dur. Jam 01.00 kami capcus dari warkop saudara di pasar Balung, lanjutkan ke Jember - Genteng - Jajag - Pesanggaran - Sukamade. Tujuan singgah pertama adalah Pantai Rajegwesi tepatnya di kampung nelayan. Lek Dur disini memiliki banyak teman, karena sama-sama seprofesi sebagai nelayan. Jumat jam 7 pagi kami singgah di rumah Sugeng salah satu nelayan Rajegwesi yang baik dan ramah orangnya.

Jalan-jalan ke Pulau Sempu - Malang (Jawa Timur)


Nama pulau Sempu ini sedang naik daun berawal dari postingan di situs/forum internet misal Kaskus dan Backpacker Indonesia. Oleh karena itu kami tidak mau ketinggalan, yang benar-benar asli Jawa Timur kok belum pernah???, dan akhirnya rencana Jalan-jalan ke Pulau Sempu benar-benar bulat yaitu 3 hari 2 malam. Seperti biasanya Bluzzukan Community harus hadir dan beberapa teman kerja saya ajak. Sampai pada hari H tanggal 22 Desember 2012 terkumpullah 11 orang. Dari 11 orang ini cuma 3 orang yang sudah pernah ke Pulau Sempu namun tidak semua spot di Pulau Sempu yang dikunjungi. 11 orang itu adalah Andri, Gento, Dio, Angga, Ismu, Fani, Samid, Rafi, Mas Anwar, Mas Herman dan saya Edo. Kami berangkat siang dari Malang untuk menuju Sendang Biru (Sumbermanjing). Jarak dari kota Malang ke Sendang Biru kurang lebih 60 km dan setengah perjalanannya adalah jalan pegunungan. Sebelum menyeberang ke Pulau Sempu, kami sempatkan untuk berkunjung ke rumah saudara saya di kampung baru Sendang Biru, dan alhamdulillah kami dibawakan masakan ikan cumi plus nasinya (lumayan bisa buat makan malam di Pulau Sempu hehehe).  Mobil dan motor kami parkirkan di Sendang Biru (parkiran 24 jam nih) untuk mobil satu malamnya 15 ribu., klo motor 10 ribu. Tepat jam setengah 6 sore kami sudah menyeberang, beberapa penerangan kami persiapkan dan perjalanan malam kami mulai. Beberapa teman yang sudah ke Pulau Sempu ternyata tidak hafal tracknya, ya akhirnya kita jalan ngikutin track yang ada dan jika ada persimpangan cuma ngikutin feeling aja. Oh ya rencana hari pertama adalah Segara Anakan Pulau Sempu, tapi ternyata setelah kita berjalan 1,5 jam kita sampai di pantai dan itu bukan Segara Anakan. Ahhhhhh!!!! ok gak papa masih ada hari esok, kami pun segera mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri, lanjut makan malam. Bekal yang kami bawa ada ikan cumi, burung puyuh, lele, sambal dan lalapan sungguh spesial apalagi disantap dengan penuh kebersamaan dan ditemani suara deburan ombak. Pagi di hari kedua, kami baru tahu klo nama pantai ini adalah pantai Alang-alang setelah ada nelayan yang lewat di camping ground kami dan sekaligus kami diberitahukan jalan menuju Segara Anakan.

Kamis, 20 Desember 2012

Jalan-jalan ke Pantai Klayar - Pacitan Jawa Timur

Pantai Klayar - Pacitan Jawa Timur

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, peribahasa itu cocok untuk jalan-jalanku kali ini. Sehubungan dengan tugas khusus dari atasan yang mengharuskan saya "ngglinding" dari Indramayu ke Jogja trus lanjut ke Blitar dan balik lagi ke Jogja dan balik lagi Indramayu (sambil ngukur jalan :D), membuat saya berpikir bahwa perjalanan ini harus berkesan tidak hanya dapat capek doank. Timbang menimbang, akhirnya pantailah yang ada dibenakku. Dengan berbekal google maps HP ku, Pantai Klayar Pacitan pilihan terbaik karena Jogja - Blitar dapat ditempuh jalur selatan lewat kabupaten Pacitan dan sedikit mampir ke pantai tidak akan banyak manambah waktu perjalanan kok, :D. Perjalanan Jogja - Pantai Klayar menghabiskan waktu 5 jam, dengan track yang hampir semuanya adalah pegunungan. Jalurnya yaitu Jogja - Bantul - Gunung Kidul - Wonogiri - Pantai Klayar Pacitan. Jumat 14 Desember 2012 jam 4 sore akhirnya menginjakkan kaki di Pantai Klayar Pacitan, sebelumnya cuma memandangi foto-foto hasil searching di mbah google aja dan kesampaian juga akhirnya. Capek karena perjalanan terbayar sudah... pantai.......