Pantai Nanggelan |
Mencari destinasi yang tepat untuk acara jalan-jalan dalam rangka liburan cutiku di kampung halaman, akhirnya tercetus ke Taman Nasional Meru Betiri. Seperti biasanya bersama Bluzzukan Community saya berencana untuk explore salah satu pantai yang belum pernah kami datangi. Pantai ini bernama pantai Nanggelan yang merupakan sebuah teluk disisi paling barat wilayah Taman Nasional Meru Betiri. Dengan berbekal googling dan pernah beberapa kali ngobrol sama warga desa Curah Nongko, kamipun yakin untuk berangkat tanpa takut tersesat. Kayaknya tersesat dah biasa sih, hehehe.
Kali ini yang ikut tidak sebanyak seperti biasanya hanya saya, Gogon, Rotam, Buyud dan Sam. Peralatan standar untuk camping dan alat-alat pancing sudah otomatis kami bawa. Dengan menggunakan 3 motor kami berangkat pagi-pagi sehabis subuh tepatnya tanggal 27 Juni 2014. Dari rumah kami Yosowilangun Lumajang kami menuju Ambulu untuk sejenak membeli sarapan ketan dan ngopi. Sekitar jam setengah 6 pagi kami lanjutkan ke perkebunan kotta Blater kurang lebih 15 menit kami tempuh dari Ambulu. Disini kami bertemu dengan beberapa warga yang hendak bekerja di perkebunan, dan beberapa informasi tentang jalur ke Nanggelan kami dapatkan. Melewati kebun kakau hingga desa terakhir masih tidak terlalu sulit, hingga akhirnya kami sampai di perkebunan jati. Disinilah mulai agak membingungkan karena terlalu banyak cabang jalan dan semak-semak yang tumbuh tinggi di jalan-jalan setapak yang kami lalui. Mutar-mutar dan dengan bantuan 2x informasi dari warga yang kami temui akhirnya kami sampai di pondok yang sudah biasa dititipin motor. Pondok ini milik warga yang bercocok tanam palawija dan pisang di sekitar kebun jati ini. Perjalanan menanjak melalui bukit yang ditumbuhi pohon jati dan beberapa pohon khas pantai kami lewati dan akhirnya kami sampai juga, butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan. Jam 9 pagi kami sampai di pantai, dari sisi barat kami berjalan menuju sisi timur untuk menuju muara. Disisi timur terdapat muara yang tidak mengalir mungkin karena kemarau tidak ada aliran dari hulu, sungai yang debitnya kecil dan ada sumber air tawar pas di garis pantai. Pertama yang kami cari disini adalah ikan, beberapa spot mancing di sekitar muara kami survey, dan kami putuskan untuk camping di dekat muara ini.
Berjam-jam kami habiskan bersantai,
mancing walaupun perolehan ikan tidak sebanyak yang kami harapkan tapi
kami puas. Apalagi pas malam hari, milkyway begitu jelas bintang-bintang
berhamburan, kami sungguh asyik tidur di pasir dengan ditemani api
unggun. Sedikit ada cerita aneh, ketika pagi hari yaitu beras kami
hilang. Padahal saya ingat sekali klo ada sisa habis masak di malam
hari. Dengan perasaan aneh, karena kok cuma beras, ada sayur2an
disekitarnya tidak diambil seperti mentimun dan terong. Klo orang yang
ngambil, disitu juga hp dan dompet tergeletak. Dipantai ini cuma kami
berlima yang ngecamp. Dengan penasaran saya susuri hutan sekitar tenda
kami, alhasil 2 kantong kresek dengan kondisi robek dan ceceran beras
kami temukan. Jarak tidak jauh sekitar 15 dan 20 meteran dari tenda
kami. Kresek beras ini awalnya 2 rangkap dan masing2 berisi beras. Kami
menemukannya dalam kondisi terpisah dengan lokasi yang berbeda. Mulai
bingung apa yang telah terjadi, pikiran kami tertuju pada mahluk kerdil
penghuni hutan ini. Wong Wil warga sekitar Meru Betiri
menyebutnya. Belum pernah kami bertatap muka, namun dari cerita warga
dan rekaman ekspedisi di salah satu stasiun TV membuat kami percaya
keberadaan mereka. Banyak rahasia Tuhan yang tidak kami ketahui. Kondisi
alam yang ada ini harus terus kita lestarikan, jalan-jalan kami selalu
berkesan dan beruntung masih diberi kesempatan untuk menikmati indahnya
alam ini. Hanya semalam kami disini, siang hari kami pulang dan
alhamdulillah sampai rumah dengan selamat.
Pondok tempat penitipan motor |
Kampung perkebunan Blater |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar