"Menggapai harapan setinggi gunung dengan berfikir seluas samudera"

Selasa, 28 Mei 2013

Jalan-jalan ke Pantai-pantai di Lombok


Tidak sedikit yang bilang klo Lombok memiliki pantai yang lebih indah dari Bali. Suasananya juga lebih sepi, dan terasa tenang jika kesana "katanya. Mari kita buktikan! Jalan-jalan ke Pantai-pantai di Lombok kali ini merupakan serangkaian rencana acara kami Patrapala RU-VI & Friends (Saya, Anas, Azizi, Wahyu, Tigor & Fifi) untuk explore pulau ini selain acara pendakian ke Gunung Rinjani. Beberapa pantai yang terkenal seperti Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno sudah pasti menjadi target utama kami. Pantai pertama yang kami kunjungi adalah pantai Kuta (Lombok Tengah), karena lokasinya memang tidak jauh dengan Bandara Internasional Lombok. Itupun hari pertama kami sampai di Lombok pada hari Sabtu tanggal 4 Mei 2013 (penerbangan Jakarta - Lombok) pada siang hari sebelum kami menuju Sembalun untuk melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Setelah ke Kuta, kami sempatkan juga ke Tanjung Aan. Tanjung Aan memiliki pasir yang lebih putih dan halus daripada pantai Kuta dan tempatnya lebih luas. Cukup untuk menghabiskan waktu dan makan siang di pantai akhirnya kami kembali ke Bandara untuk menjemput teman dari Surabaya si Tigor yang ikut gabung di acara kami dalam waktu seminggu ini. Lanjut ke Sembalun untuk melakukan pendakian ke Rinjani. 4 hari 3 malam kami di Gunung Rinjani, dan pulangnya via Senaru. Senaru tidak jauh dari Pelabuhan Bangsal (Lombok Utara), hanya butuh waktu 2 jam.

Selasa, 21 Mei 2013

Jalan-jalan ke Gunung Rinjani



Gunung Rinjani adalah salah satu gunung yang didambakan banyak pendaki di Indonesia karena keindahannya dan ketinggiannya (3726 Mdpl) menjadi kategori gunung tertinggi no.3 di Indonesia setelah Jayawijaya dan Kerinci. Bicara keindahan pastinya tiap gunung memiliki keistimewaan tersendiri namun bisa dibilang di gunung Rinjani ini semua keistimewaan dari beberapa gunung tersaji baik Danau, Air Terjun, hot spring, savanna, hutan tropis sampai Goa ada disini. Oh Men!!! ISTIMEWA!!! 
Jalan-jalan ke Gunung Rinjani langsung menjadi hot topic bagi kami Patrapala RU-VI, berawal dari sekedar obrolan di warung kopi, BBM, Whatsapp, sampai grup FB sampai akhirnya terkumpul 5 anggota Patrapala RU-VI yang mengikuti acara pendakian ini yaitu saya (L), Azizi (L), Andri Anas (L), Wahyu aka Unyil (L) dan Dita Wahyu akan Gento (L) serta teman kita lainnya yang ikut yaitu Vivi (P) dan Tigor (L). Namun sayangnya mendekati hari H si Gento membatalkan dikarenakan alasan pekerjaan. Kita satu persatu saling mencari informasi tentang pendakian dan transportasi ke Gunung ini sampai akhirnya kami mendapatkan informasi sebagai berikut :

Rabu, 03 April 2013

Jalan-jalan ke Teluk Permisan - Taman Nasional Meru Betiri



Bingung ada tanggal merah pas hari Jumat, wah lumayan klo buat liburan. Akhirnya saya merencanakan untuk pulang kampung dengan menambah 1 hari cuti untuk Kamis-nya. Lumayan lama kan? buat kemana?? pastinya cukup untuk blusukan yang gak jauh-jauh dari rumah. Saya mengajak teman kerja saya, Andri namanya untuk turut serta dalam acara blusukan bersama saudara dan teman-teman di kampung. Rencana kali ini adalah Teluk Permisan, sebuah tempat di Banyuwangi yang berada di kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang sudah lama kami dambakan untuk dapat kesana namun selalu gagal karena tersesat di hutan (via darat), ombak tinggi (via laut) dan masalah duit (Taman Nasional mewajibkan pake guide penduduk lokal dg tarif mahal). Kali ini kami coba via laut, dengan mengajak saudara kami yang berprofesi sebagai nelayan di daerah Puger. H-1 sebelum berangkat yaitu tanggal 28 Maret 2013 pada malam hari saya pastikan kesanggupan perahu yang mau kami pakai, namun dari Saudara saya (Lek Dur) belum ada kepastian dan ada potensi bisa dipakai siang. Wah sayang banget klo harus nunggu siang, sedangkan liburan saya terbatas. Sempat tengah malam kita berencana merubah tujuan yaitu ke Teluk Meru via darat. Rencananya tengah malam itu juga berangkat biar dapat paginya kita jungle tracking. Namun sesaat sebelum berangkat, saya dapat sms dari Lek Dur bahwa pagi perahu bisa dipakai. Kami langsung memutuskan OK dan membatalkan ke Teluk Meru. Pagi-pagi kami berangkat dan jam 6 sudah sampai Puger. Oh ya Bluzzukan Community yang hadir adalah saya, Andri, Rotam, Gogon, Bolot, Mas Anwar dan Mas Irwan. Sengaja jumlah kami batasi karena menyesuaikan kapasitas perahu. Oh ya Lek Dur mengajak sepupunya Doni untuk ikut, jadi total dalam perahu ada 9 orang. Setelah sarapan, mempersiapkan perahu dan lain-lain, akhirnya kami berangkat pukul 10.15. Itupun masih agak lama keluar muara karena padatnya perahu yang parkir sehingga sulit untuk lewat. Sebenarnya cuaca kurang bagus bisa dibilang jelek karena ombak sedang tinggi. Beberapa kali nelayan-nelayan tetangga Lek Dur ngasih saran agar tidak melaut atau klo pas di perjalanan jelek diminta segera balik. Namun Lek Dur masih yakin akan keamanan kami meski cuaca kurang bagus. Hanya do'a dan keahlian mengemudi perahu yang bisa menyelamatkan kami. Deburan ombak sering kali menyapu wajah dan tubuh kami, terkadang membuat mata ini perih. Namun perahu tetap melaju kencang tanpa sedikitpun upaya untuk balik arah. Rasa takut hilang seketika di saat semua pandangan kami disuguhi indahnya batuan karang, hutan Meru Betiri dan pantai sepanjang perjalanan. Wow!! selama ini kami menikmati Meru Betiri dari dalam hutan dan terasa beda jika kita melihat dari luar dan kejauhan. Banyak formasi gunung dan teluk sepanjang Meru Betiri pesisir pantai selatan dari kabupaten Jember sampai Banyuwangi. Salah satunya gunung Betiri  yang paling tinggi diantara gunung lainnya. 4 jam lamanya, dan alhamdulillah kami sampai di Teluk Permisan. Memang pantai yang perawan karena akses yang sulit, jika lewat darat jungle track via Sukamade akan memakan waktu 3-4 jam sedangkan via Bandealit sekitar 6-9 jam. Hutan belantara, pasir pantai, batuan karang membuat kami terpesona akan keindahan teluk Permisan ini. Perahu pasang jangkar di Teluk Permisan timur dan ada spot mancing yang bagus namun sayang karena ombak terlalu tinggi menjadi kendala. Segera kami dirikan tenda, dan hujan mulai turun walaupun gerimis. Semua sama dipikiran kami, ayo mancing!!! karena di laut ombaknya tidak bagus, jadi kami mengadu keberuntungan di muara tepat di belakang lokasi tenda kami dan di pantai depan tenda kami. Gagal mancing di atas perahu :( Beberapa aktifitas kami lakukan, ya seperti biasanya selain mancing, kita juga menikmati malam dengan main domino, menikmati kopi dan candaan-candaan khas kami. Beberapa dari kami ada yang beruntung dapat ikan dan yang paling beruntung adalah Lek Dur dan Doni karena mereka paksakan untuk berburu ikan di laut meski ombak tinggi. Alhamdulillah kami pesta ikan bakar yaitu ada ikan kakap merah, ragan-ragan dan sedangkan ikan barakuda kami bawa pulang sebagai oleh-oleh. 

Rabu, 13 Maret 2013

Jalan-jalan ke Gunung Ciremai (Part 3)


PATRAPALA RU VI sebuah nama kumpulan pecinta alam yang kami coba gaungkan. Kali ini kami merencanakan pendakian ke gunung Ciremai via Palutungan Kabupaten Kuningan - Jawa Barat. Dari temen kerja, temen main hingga beberapa kenalan juga berminat dan sampai akhirnya pada tanggal 8 Maret 2013 yang fix ikut ada 14 orang. Beberapa peralatan, logistic dan transportasi kami adakan baik ada yang milik pribadi maupun dari sharing cost. Sebelumnya saya dan 1 orang teman saya beberapa minggu sebelumnya menyempatkan survey ke Ciremai jalur Palutungan namun kami tidak berhasil sampai puncak karena kendala cuaca dan minimnya peralatan. Untuk kali ini jadwal yang kami rencanakan berangkat hari Jumat tanggal 8 Maret 2013 sepulang kerja s/d tanggal 10 Maret 2013 pkl 18.00 dan berharap cuaca lebih baik dari waktu kami survey. Keberangkatan pkl 17.00 mundur hingga pkl 19.00. Beberapa alasan seperti telatnya pulang kerja, masih prepare dan bla bla bla menjadi penyebabnya. Start dari RDP Indramayu dengan menggunakan 3 mobil. Dan juga kami sempatkan makam malam di Cirebon. Di perjalanan menuju Palutungan Kuningan kami terpisah, sehingga menyebabkan kami saling tunggu apalagi rombongan 1 mobil yang terpisah ini tidak mengetahui lokasi pos pendakian Palutungan. Sampai akhirnya rombongan lengkap terdiri dari 14 orang sampai di POS Pendakian desa Cisantana kec Palutungan pada pukul 23.00. Sebelum berangkat saya menemui pak Nana salah satu penjaga pos pendakian (Mitra Pengelola Pendakian Gunung Ciremai) dan beliau menawarkan untuk menginap di POS dulu mengingat kondisi cuaca gerimis dan terlalu malam juga untuk melakukan pendakian.Setelah berdiskusi, akhirnya kami putuskan untuk melakukan pendakian dan ngecamp di POS 1 Cigowong. Oh ya perlu diketahui bahwa jalur Palutungan ini ada 9 POS pendakian loh, dan ada 2 sumber mata air yaitu POS 1 Cigowong dan POS 8 Goa Walet (klo kemarau di Goa Walet kering). Lanjut, 3 jam perjalanan akhirnya kami sampai di Cigowong. Buka tenda lanjut tidur, tapi ada juga yang masih begadang sambil ngopi. Pagi-pagi sekali teman-teman sudah mulai masak, saya sendiri masih tidur pulas hingga pkl 08.00 saya terbangun. Setelah semuanya selesai sarapan kami segera membereskan tenda dan melanjutkan perjalanan tepat pkl 09.00.

Senin, 11 Februari 2013

Jalan-jalan ke Gunung Ciremai (Part 2)


Waktu yang kurang tepat, persiapan yang kurang memang benar-benar menjadi kendala dalam jalan-jalan kali ini ke Gunung Ciremai. Jalan-jalan kali ini tepatnya kami laksanakan hari Sabtu-Minggu tanggal 9-10 Pebruari 2013, masih kemaren ya?? hehehe. Pebruari ya?? pastinya musim hujan kan? Bagi kami yang doyan dan ketagihan blusukan, hujan tidak akan menurunkan semangat kami. Bisa dibilang tiap jalan-jalan kami adalah rencana mendadak dan terealisasi. Kami?? ya Saya dan satu teman saya namanya Gento a.k.a Wahyu Dita. Ditengah-tengah kesibukan masing-masing yang kebetulan sama-sama bekerja di Indramayu, ada kalanya ada waktu libur Sabtu-Minggu. Weekend gini nih daripada nganggur mending jalan-jalan atau blusukan ke Ciremai #tema obrolan saat di angkringan SC Jumat malam. Tidak seperti biasanya, memang klo jalan-jalan ke gunung rata-rata 3 orang lebih karena beberapa teman yang lain kita ajak kebetulan tidak dapat bergabung, ya gak masalah 2 orang tetap berangkat juga. Sebelumnya saya pernah ke puncak Gunung Ciremai ini tahun lalu melalui jalur Apuy kabupaten Majalengka. Untuk yang kedua kalinya ini ingin coba jalur lain dan ada misinya juga yaitu survey untuk pendakian rombongan teman kerja dan teman main bulan depan rencananya. Sabtu dini hari (habis begadang nih ceritanya) beberapa peralatan kami siapkan, cuma minus 1 sleeping bag, matras dan kompor (gas stove) karena kedua perlatan tersebut ketinggal di kampung halaman saya :(. Berharap cuaca hujan tidak terlalu dingin dan untuk masak bisa pinjam gas stove ke pendaki lain atau pake kayu bakar. Oke lanjut ya Jam 9 pagi kami berangkat dari Indramayu kemudian jam 10 kami ke Ciperna ada keperluan pekerjaan sebentar. Selesainya kami lanjutkan ke kota Kuningan. Sebelum ke lokasi pendakian kami sempatkan makan siang sebentar dan membungkus lauk + nasi buat bekal disana serta belanja beberapa logistik. Oh ya jalur yang kami pilih ini jalur Palutungan dan memulai start Desa Cisantana - Kec Cigugur - Kab Kuningan. Disini ada pos perijinan yang dikelola mitra Taman Nasional Gunung Ciremai. Sebenarnya pendakian Gunung Ciremai masih ditutup sampai akhir bulan Pebruari ini, dan jika diijinkanpun harus memakai potter/guide dan untuk rombongan minimal terdiri dari 3 orang. Ya jelas kami tidak memenuhi persyaratan tsb, namun entah kenapa petugas tersebut mengijinkan kami untuk naik ke Ciremai walaupun cuma berdua dan tanpa guide. Apa karena tampang kami tampang pekerja kasar a.k.a kuli bangunan??, sempat jadi candaan kami diperjalanan, hahaha Dari info di pos perijinan, sudah ada 10 orang yang sudah 1 hari disana. Wah ternyata masih ada temennya.
Jam 13.15 kami mulai berangkat dari pos perijinan dengan cuaca panas namun kami dapat melihat kabut di atas gunung. Dari pos perijinan kami melewati jalan kecil (gang) perkampungan kurang lebih 100 meter. Setelah itu mulai memasuki perkebunan palawija warga dan ada beberapa kandang sapi. 20 menitan baru kami sampe hutan yang didominasi pohon cemara. Dari sini mulai terasa tanjakannya namun masih belum terlalu terjal. Baru 1 jam perjalan tepat pukul 14.30, hujan deras menemani perjalanan kami. Jalan setapak yang kami lewati merangkap jadi jalur aliran air hujan. Langkah kaki kami jadi agak melambat seiring makin licinnya jalan. Ilalang tumbuh subur disepanjang jalan yang kami lalui dan kadangkala daunnya menggores kulit tangan dan kaki kami. Air hujan telah menurunkan suhu tubuh kami sehingga tidak begitu terasa gerah karena sistem kerja aliran darah dan kelenjar keringat yang terus bekerja extra. Botol air minum yang kosong setelah kita habiskan untuk melepas dahaga, perlahan-lahan mulai penuh setelah kami menadah tetesan-tetesan yang cukup deras dari batang dan rantin pohon cemara. Jam 15.30 kami tiba di POS 1 Cigowong. Di POS ini ada shelter yang cukup besar bisa menampung 20 orang tapi berdiri ya, untuk camping ground sekitar shelter bisa 25 tenda. Sumber air permanen satu-satunya di jalur pendakian ini yaitu sungai kecil yang airnya begitu jernih dan dingin. Di shelter kami disambut beberapa orang terlihat seperti pendaki dan yang lainnya kami tebak adalah penduduk lokal sedang membuat api unggun. Walaupun di luar kondisi hujan, di shelter ini kami bisa menghangatkan diri. Benar memang mereka adalah pendaki yang terdiri dari 2 rombongan yaitu rombongan dari Jakarta terdiri dari 4 orang dan rombongan lainnya dari Kuningan terdiri dari 3 orang, selebihnya adalah penduduk lokal sekitar gunung ini. Kok total 7 orang, yang 3 lainnya mana menurut info POS Pendakian ada 10 orang. Ternyata rombongan lainnya melintas dalam artian jalur pulang tidak sama dengan jalur keberangkatan, bisa jadi turunnya ke Linggarjati atau Apuy. Jadi!!! kami bakalan sendirian di atas!!! gak masalah... semangat kami masih tinggi untuk menuntaskan pendakian ini. Di shelter kami sempat dimasakkan air sama temen-temen pendaki lain, ya sebelumnya saya cerita klo kompor ketinggalan. Alhamdulillah kami berdua bisa membuat kopi, sungguh kenikmatan tiada tara disaat kedinginan kondisi basah karena kehujanan dan tak lupa rokok menemani. Bisa dikatakan cukup lama kami disini, sampai satu persatu para pendaki dan penduduk lokal meninggalkan shelter untuk turun. Tinggal kami berdua, lanjutkan perjalanan! sempat kami bawa beberapa kayu bakar sisa api unggun mengingat kami tidak bawa kompor serta kondisi diluar hujan pasti kayu basah semua, minimal pas cerah kami bisa buat api unggun di puncak. Jam 17.00 kami melanjutkan perjalanan, jalan begitu terasa menanjak setelah melewati sungai. Hari mulai gelap, head lamp yang kami pakai mulai kami nyalakan. Hujan sudah tidak begitu deras namun masih banyak genangan air di jalan yang kami lalui. Sempat bertemu 2 orang penduduk yang turun kemungkinan membawa sesuatu, biasanya penduduk suka mencari ayam hutan atau trenggiling klo di jam-jam begini. Kadang melarang yang seperti ini susah karena rata-rata alasan buat mengisi perut, mudah-mudahan pemerintah daerah bersama Taman Nasional dapat mengarahkan pelaku-pelaku perusak lingkungan ini. Jalanan tidak begitu sulit meskipun kondisi gelap, sangat jelas jalurnya. Yang berat adalah kemiringan jalur ini, wah ya lumayan memaksa otot kaki bekerja lebih keras. POS 2 Kuta serta POS 3 Pangguyangan Badak telah kami lewati dan akhirnya  hampir lebih dari setengah jam setelah POS 3 yaitu pukul 19.30 akhirnya kaki si Gento kram. Mau tidak mau kami harus istirahat dan mendirikan tenda disini. Kebetulan kami berhenti di tikungan tanjakan dengan camping ground cukup bisa dipakai satu tenda kapasitas 3 orang. Masalah lanjut ke puncak bisa kami pikirkan keesokan hari stelah kami istirahat. Tenda berdiri, kami bisa makan malam dan kondisi di luar masih gerimis. Jam 21.30 langit begitu cerah, kami menengadah ke atas terlihat bintang-bintang disela-sela rimbunnya pepohonan. Sempat saat itu juga kami kepikiran untuk melanjutkan perjalanan namun feeling saya kurang pas karena cuaca sulit ditebak apalagi ada yang kakinya kram. Permainan domino, merokok, minuman kopi kaleng dan obrolan demi obrolan menghabiskan malam kami. Lanjut tidur, dan tidak lama sekitar pukul 01.30 saya terbangun. Bukan karena suara binatang yang mengagetkan, pengen kecing atau apa tapi karena kedinginan. Bener-bener butuh sleeping bag dan jacket gunung. Sleeping bag cuma satu yang kami pake bersama untuk alas tidur pengganti matras sedangkan jacket yang saya bawa saya pake sebagai pengganti jas hujan otomatis masih basah. Terbangun - tidur - terbangun dan ditemani beberapa kentut, wkwkwk akhirnya hari mulai pagi. Kami mencoba membakar kayu yang kami bawa dari POS 1 berharap bisa memasak air untuk membuat kopi dan mie. Satu jam lebih masih tidak berhasil, sempat nyala besar trus mati lagi mungkin karena suhu yang terlalu dingin dengan kelembapan yang tinggi menjadi penghalang. Sarapan pagi masih dengan nasi bungkus yang sengaja tidak kami habiskan saat makan malam. Karena terlalu siang dan cuaca mendung jadi kami putuskan untuk tidak melanjutkan mendaki, akhirnya kamipun turun jam 10 pagi. Perjalanan turun terasa begitu cepat dan sempat sedikit terkejut karena perjalanan yang kami lewati kemaren pada malam hari begitu terjal. Kami banyak berhenti apalagi ada view yang bagus dan tidak terburu-buru juga #masih betah. Melihat hijau-hijau dedaunan, lumut-lumut yang menempel pada pohon-pohon besar yang terlihat berumur tua sungguh sejuk di mata dan pastinya udara begitu segar. Jelas beban kehidupan tak terpikirkan walaupun untuk sementara sih. Alhamdulillah sampai POS 1 jam 12.30, disini air melimpah bisa buat BAB dan di shelter masih ada sisa kayu bakar untuk api unggun kemarennya. Karena kayunya kering jadi mudah terbakar, sesuatu itu adalah bisa masak air untuk buat kopi dan mie :P. Sepi sekali dan memang sepanjang perjalanan turun ini sama sekali tidak bertemu orang lain. Kami puas-puasin disini sebelum kembali ke rutinitas ketemu hari SENIN :(. Jam 15.30 kami balik seiring semakin derasnya hujan yang telah mengguyur satu jam lamanya. Semakin ke bawah semakin reda hujannya. Pukul 17.30 kami sampai di POS Perijinan Pendakian Cisantana. Walaupun tidak sampai puncak, kami tetap senang karena masih bisa menikmati dan bersahabat dengan alam.   














Selasa, 05 Februari 2013

Jalan-jalan ke Pantai Indrayanti - Gunung Kidul (Yogyakarta)



Pantai Indrayanti pertama kali kudengar dari postingan di kaskus dan beberapa blog yang belakangan ini ramai dibicarakan. Pantai Indrayanti merupakan sebagian wilayah pantai selatan yang berlokasi di kabupaten Gunung Kidul provinsi DI Yogyakarta, mungkin nama-nama lain yang lebih familier seperti pantai Baron, Sundak, Sepanjang, Krakal, Drini, Nagndong, Kukup dll. Bisa dikatakan Pantai Indrayanti adalah pantai paling ujung jika dari arah Yogyakarta yang artinya berada di hampir yang paling timur diantara pantai-pantai lain yang dimiliki Gunung Kidul. Rencana dadakan kami untuk kesana akhirnya deal juga. Siang hari tanggal 2 Pebruari 2013, kami berempat berangkat dari Yogyakarta dengan mengendarai mobil pribadi melewati Dlingu (jalur tengah). Perjalanan mulai terasa mengasyikan saat memasuki kabupaten Gunung Kidul, kita akan disuguhi jalanan khas pegunungan yang rata-rata sempit dan naik turun yang tajam. Kebetulan keberangkatan kali ini saya yang nyetir jadi para penumpang banyak yang protes karena terlalu kencang, hehehe. Vegetasi tanaman khas pegunungan pantai yang gersang yaitu jati, kelapa  dan pete menemani sepanjang perjalanan. Kondisi perkampungan masih begitu sepi dan bahkan beberapa daerah memang masih gunung tidak ada perkampungan sama sekali. Untuk menuju ke pantai ini membutuhkan waktu 2 jam jika dari kota Yogyakarta. Sebelum sampai di pantai Indrayanti kami melewati beberapa pantai lain seperti Baron, Sundak, Kukup dll. Diantara pantai lainnya, kelihatannya pantai Indrayanti yang paling rame kemungkinan karena pantai ini masih baru dibuka dan tidak selama pantai-pantai lain. Parkiran disini cukup luas, bahkan banyak sekali bus-bus pariwisata ukuran besar. Sekilas pantai ini mirip pantai Kuta Bali namun memang pasirnya tidak sepanjang pantai Kuta dan ombaknya kurang cocok untuk surfing. Pasirnya bersih, airnya jernih itu penilaian awal saya saat berjalan di tepi pantai ini. Rata-rata pantai Gunung Kidul ini memiliki tebing dan ada semacam pulau di ujung pantainya seperti Tanah Lot Bali. Yang harus menjadi perhatian pengujung adalah ombak dan arus yang kencang, sangat membahayakan bagi anak kecil yang bermain tanpa kawalan orang tuanya, meskipun disini sudah ada penjaga pantainya yang selalu siaga. Disini juga ada persewaan motor speedboad jika ada yang berminat. Tak kalah pentingnya, kita harus mencoba kuliner pantai ini. Sepanjang pantai ini tempat makan tersedia menu sea food dan kelapa muda pastinya. Untuk penginapan juga tersedia tapi memang sekilas masih sederhana tidak seperti di Bali dan Pangandaran. 

Rabu, 02 Januari 2013

Jalan-jalan ke Bromo (Lagi & lagi...)



Bromo!!!...serangkaian acara jalan-jalanku di musim liburan saat yang tepat untuk ambil cuti kerja. Setelah Sempu, Teluk Hijau dan lanjut Bromo. Tidak ada berhentinya roda berjalan menemaniku untuk menyusuri alam Indonesiaku yang indah. Jalan-jalanku pada biasanya bersama teman-teman Bluzzukan Community atau teman kerja, kali ini agak berbeda jalan-jalanku kali ini bertemakan family adventure. Saya sebut demikian karena lengkap keluargaku ikut ada ibu dan adik-adikku ditambah lagi kakak sepupuku. Walaupun mobil butut yang kecil ini Jimny 4x4 cukup mengantarkan kami untuk fun offroad ke Bromo. Keberangkatan kami dari rumah (Yosowilangun - Lumajang) habis Maghrib, dengan kondisi hujan sedikit memperlambat laju kendaraan. Hingga sampai daerah Burno - Senduro Lumajang hujan mulai reda. Memasuki wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, jalanan mulai gelap dengan kanan kiri kami adalah hutan belantara. Udara dingin sangat terasa saat kita sampai di Ranu Pane. Dari Ranu Pane kita masih turun untuk menuruni kaldera Gunung Tengger hingga sampai di lautan pasir. Gelap gulita sedikit membuat kita was-was terhadap jalan yang akan kami lalui, dengan luasnya lautan pasir sangat bisa membuat kami nyasar. Namun alhamdulillah sampai akhirnya kami dapat melihat lampu penerangan hotel di wilayah Probolinggo, berarti kita sudah dekat dengan gunung Bromo. Segera mencari camping ground yang tepat, dan tendapun kami dirikan. Malam kami lewati dengan minum kopi, bakar-bakar ikan (ikan dan kayu bakar memang sudah kami siapkan dari rumah), hehehe niat yo!!!. Benar-benar senang sekali dapat melihat keluarga yang kita cintai tersenyum dan tertawa di hadapan kita,.. sungguh anugerah yang tiada tara.