"Menggapai harapan setinggi gunung dengan berfikir seluas samudera"

Selasa, 22 Agustus 2017

Jalan-jalan ke Pulau Biawak edisi 2017



Pulau Biawak adalah sebuah pulau yang secara geografis berada di kabupaten Indramayu. Sangat tidak asing bagi kami Patrapala RU VI yang sehari-hari beraktifitas di Indramayu. Walaupun tidak dekat butuh 4 jam perjalanan laut untuk menuju kesana, kami memiliki cita-cita untuk melakukan konservasi terumbu karang disana. Sebelum melaksanakan konservasi, dibutuhkan survey terlebih dahulu untuk memetakan kondisi terumbu karang disana sehingga metode konservasinya dapat ditentukan. Kami bekerja sama dengan tim ahli (biota laut & penyelaman) untuk melaksanakan cita-cita kami itu. Jalan-jalan ke Pulau Biawak dalam rangka survey ini kami laksanakan pada tanggal 19-20 Agustus 2017. Terlibat langsung dalam survey ada 10 orang, 4 diantaranya adalah tim penyelam sekaligus tim ahli dan yang lainnya tim hore, hahaha. Kami antara lain Tim Hore; Saya Edo, Rudy, Goegoen, Faisal, Anton, dan Wisnu, sedangkan tim penyelam; Danang, Boni, Arwyn, dan Retno. Untuk membawa kami kesana kami menyewa sebuah perahu nelayan. Untuk spesifikasi perahu kami lebih selektif lagi, pengalaman kegagalan menggunakan perahu sebelumnya yang rencananya mengantar kami ke Pulau Biawak beberapa waktu lalu. Gagal dalam artian tidak sampai karena ditengah perjalanan perahu mogok disebabkan oleh as propeler yang patah dan apesnya cuma ada 1 mesin (dan tidak perlu diceritakan nasib kami waktu itu, hahaha).




Perahu kayu bermesin 3 (2 running dan 1 standby) mulai mengantarkan kami dari dermaga karangsong pada pukul 3 pagi. Kami ditemani 3 kru kapal dalam perjalanan kali ini yaitu selama 2 hari 1 malam. Di awal perjalanan, kami sudah saling memposisikan diri untuk sebisanya menidurkan diri sepanjang perjalanan laut ini. Tidur kami ditemani suara deru angin dan berisiknya suara mesin kapal bernada sopran. Walaupun begitu juga masih bisa tertidur, hahaha. Gelombang laut mengayun-ayunkan perahu kami sepanjang perjalanan. Gelombang laut mulai tak bersahabat, aku terbagun dari tidurku karena percikan air laut mengenai mukaku. 1,5 - 2 meter perkiraan tinggi gelombang saat jam 5 pagi. Jarak pandang mulai terbuka namun masih berkabut. Samar-samar pulau Biawak terlihat di kejauhan, kami yang terbangun waktu itu mulai tersenyum. Jam 7 pagi senyum kami makin lebar, raut muka bahagia nampak sekali. Alhamdulillah perjalanan panjang dan melelahkan akhirnya terbayar. Satu persatu dari kami turun dari perahu dan berjalan menuju pulau melalui pelabuhan sandar. Untuk kedua kalinya saya sendiri menginjakkan kaki di pulau Biawak. Di depan area mercusuar kami bertemu 2 penjaga. Mereka dari kementrian kelautan yang sehari-harinya beraktifitas di pulau ini. Dan hanya mereka ini yang ada di pulau Biawak. Mereka bertugas untuk mengoperasikan dan merawat Mercusuar berikut fasilitas pendukungnya seperti mess. Sesekali mereka bertemu orang lain klo bukan nelayan yang sandar ya wisatawan. Kami beristirahat sambil ngopi dan ngeteh, sedangkan kru perahu sedang membuat sarapan untuk kami. Candaan kami ditemani jailnya Biawak, ada sekitar 20  ekor Biawak jinak yang suka berinteraksi dengan manusia. Klo pagi minta sarapan, hahaha.





Setelah makan dan istirahat tepatnya jam 11 siang, misi baru kami mulai. Kali ini kami menuju barat laut pulau ini untuk melakukan penyelaman dan snorkeling. Bergegas kami turun, ada yang menggunakan scuba set maupun hanya snorkle set. Dengan snorkeling dan free dive aku menikmati sembari mengamati spot ini. Karang massive terlihat di kedalaman 4-6 meteran dengan kondisi karang yang lainnya rusak, kemudian aku mulai mengayunkan kakiku untuk menuju ke tepi. Di kedalaman kurang dari 3 meter inilah gugusan karang yang indah banyak terlihat, walaupun di beberapa titik ada yang rusak entah karena faktor alam atau faktor manusia.  Karang bercabang dan soft coral bisa kita temui walapun aku belum menemukan anemon. Tim ahli melakukan pendataan di kedalaman 10 meter, dan infonya banyak karang yang rusak parah. Setelah hampir 2 jam di air, kami naik untuk kembali ke sisi depan pulau (sisi selatan) untuk beristirahat sambil makan siang.
Dengan istirahat yang cukup, pukul 4 sore kami kembali ke air mencari spot lain di Timur Laut. Saat menuju kesana, kami disambut ombak yang besar. Dan yang paling memungkinkan yaitu di Barat Laut, karena sisi-sisi yang lain terkena ombak yang tinggi. Spot ini tidak terlalu jauh dari spot sebelumnya, namun gugusan terumbu karangnya lebih baik. Dan sangat memungkinkan untuk mendapatkan indukan karang bercabang (arcopora) jika akan melakukan transplantasi. Tak terasa sudah jam 6 sore, kami bergegas kembali ke pulau. Kami bersih-bersih diri di kamar mandi yang ada di mess Navigasi Pelayaran. Kurang lebihnya ada 3 rumah (2 kamar tidur dan 1 kamar mandi) yang biasa disewakan ke pengunjung pulau ini. Kami cukup menyewa 1 rumah untuk menaruh peralatan sekaligus agar bisa menggunakan kamar mandi. Menu makan malam ikan tongkol dan barakuda segar hasil  pancingan kru perahu begitu nikmat. Malam yang indah, api unggun kami nyalakan sambil menikmati kopi. Sungguh Istimewa!!! Rencana awal kami ingin mendirikan tenda di pinggir pantai, namun sayangnya tikus hutan berkeliaran. Pengalaman tenda dibolongin tikus waktu naik ke gunung Rinjani membuat kami enggan mendirikan tenda, apalagi waktu itu tikus masuk ke tenda disaat kami tertidur.Hmm akhirnya kami semua tidur di 1 rumah yang kami sewa. Ada yang dikasur bertiga, tidur di matras, tidur di lantai dan ada yang tidur di kursi.

Pagi hari kami sempatkan menikmati keindahan pulau ini dari mata pandang Mercusuar. Dua ratusan anak tangga harus kami lalui untuk menuju deck paling atas merdusuar ini. Sedikit pasir pantai bisa kami pandang selebihnya lebatnya pepohonan yang masih benar-benar alami. Deburan suara ombak di pantai sungguh menyejukkan hati, ikan-ikan kecil yang jumlahnya ribuan berhamburan tat kala sang Biawak mengejar untuk dimakan.
Cukup sudah sekitar jam 10 pagi kami beranjak pulang, dan siap-siap menikmati perjalanan yang terik. Pulau Biawak jauh, melelahkan namun terkenang untuk membawa kami kembali! Semoga mimpi kami untuk mewujudkan taman laut pulau Biawak yang indah dapat terwujud.
























2 komentar:

  1. Ada yang di skip sepertinya yang gagal kemping karena banyak tikus hutan...

    BalasHapus