"Menggapai harapan setinggi gunung dengan berfikir seluas samudera"

Senin, 11 Februari 2013

Jalan-jalan ke Gunung Ciremai (Part 2)


Waktu yang kurang tepat, persiapan yang kurang memang benar-benar menjadi kendala dalam jalan-jalan kali ini ke Gunung Ciremai. Jalan-jalan kali ini tepatnya kami laksanakan hari Sabtu-Minggu tanggal 9-10 Pebruari 2013, masih kemaren ya?? hehehe. Pebruari ya?? pastinya musim hujan kan? Bagi kami yang doyan dan ketagihan blusukan, hujan tidak akan menurunkan semangat kami. Bisa dibilang tiap jalan-jalan kami adalah rencana mendadak dan terealisasi. Kami?? ya Saya dan satu teman saya namanya Gento a.k.a Wahyu Dita. Ditengah-tengah kesibukan masing-masing yang kebetulan sama-sama bekerja di Indramayu, ada kalanya ada waktu libur Sabtu-Minggu. Weekend gini nih daripada nganggur mending jalan-jalan atau blusukan ke Ciremai #tema obrolan saat di angkringan SC Jumat malam. Tidak seperti biasanya, memang klo jalan-jalan ke gunung rata-rata 3 orang lebih karena beberapa teman yang lain kita ajak kebetulan tidak dapat bergabung, ya gak masalah 2 orang tetap berangkat juga. Sebelumnya saya pernah ke puncak Gunung Ciremai ini tahun lalu melalui jalur Apuy kabupaten Majalengka. Untuk yang kedua kalinya ini ingin coba jalur lain dan ada misinya juga yaitu survey untuk pendakian rombongan teman kerja dan teman main bulan depan rencananya. Sabtu dini hari (habis begadang nih ceritanya) beberapa peralatan kami siapkan, cuma minus 1 sleeping bag, matras dan kompor (gas stove) karena kedua perlatan tersebut ketinggal di kampung halaman saya :(. Berharap cuaca hujan tidak terlalu dingin dan untuk masak bisa pinjam gas stove ke pendaki lain atau pake kayu bakar. Oke lanjut ya Jam 9 pagi kami berangkat dari Indramayu kemudian jam 10 kami ke Ciperna ada keperluan pekerjaan sebentar. Selesainya kami lanjutkan ke kota Kuningan. Sebelum ke lokasi pendakian kami sempatkan makan siang sebentar dan membungkus lauk + nasi buat bekal disana serta belanja beberapa logistik. Oh ya jalur yang kami pilih ini jalur Palutungan dan memulai start Desa Cisantana - Kec Cigugur - Kab Kuningan. Disini ada pos perijinan yang dikelola mitra Taman Nasional Gunung Ciremai. Sebenarnya pendakian Gunung Ciremai masih ditutup sampai akhir bulan Pebruari ini, dan jika diijinkanpun harus memakai potter/guide dan untuk rombongan minimal terdiri dari 3 orang. Ya jelas kami tidak memenuhi persyaratan tsb, namun entah kenapa petugas tersebut mengijinkan kami untuk naik ke Ciremai walaupun cuma berdua dan tanpa guide. Apa karena tampang kami tampang pekerja kasar a.k.a kuli bangunan??, sempat jadi candaan kami diperjalanan, hahaha Dari info di pos perijinan, sudah ada 10 orang yang sudah 1 hari disana. Wah ternyata masih ada temennya.
Jam 13.15 kami mulai berangkat dari pos perijinan dengan cuaca panas namun kami dapat melihat kabut di atas gunung. Dari pos perijinan kami melewati jalan kecil (gang) perkampungan kurang lebih 100 meter. Setelah itu mulai memasuki perkebunan palawija warga dan ada beberapa kandang sapi. 20 menitan baru kami sampe hutan yang didominasi pohon cemara. Dari sini mulai terasa tanjakannya namun masih belum terlalu terjal. Baru 1 jam perjalan tepat pukul 14.30, hujan deras menemani perjalanan kami. Jalan setapak yang kami lewati merangkap jadi jalur aliran air hujan. Langkah kaki kami jadi agak melambat seiring makin licinnya jalan. Ilalang tumbuh subur disepanjang jalan yang kami lalui dan kadangkala daunnya menggores kulit tangan dan kaki kami. Air hujan telah menurunkan suhu tubuh kami sehingga tidak begitu terasa gerah karena sistem kerja aliran darah dan kelenjar keringat yang terus bekerja extra. Botol air minum yang kosong setelah kita habiskan untuk melepas dahaga, perlahan-lahan mulai penuh setelah kami menadah tetesan-tetesan yang cukup deras dari batang dan rantin pohon cemara. Jam 15.30 kami tiba di POS 1 Cigowong. Di POS ini ada shelter yang cukup besar bisa menampung 20 orang tapi berdiri ya, untuk camping ground sekitar shelter bisa 25 tenda. Sumber air permanen satu-satunya di jalur pendakian ini yaitu sungai kecil yang airnya begitu jernih dan dingin. Di shelter kami disambut beberapa orang terlihat seperti pendaki dan yang lainnya kami tebak adalah penduduk lokal sedang membuat api unggun. Walaupun di luar kondisi hujan, di shelter ini kami bisa menghangatkan diri. Benar memang mereka adalah pendaki yang terdiri dari 2 rombongan yaitu rombongan dari Jakarta terdiri dari 4 orang dan rombongan lainnya dari Kuningan terdiri dari 3 orang, selebihnya adalah penduduk lokal sekitar gunung ini. Kok total 7 orang, yang 3 lainnya mana menurut info POS Pendakian ada 10 orang. Ternyata rombongan lainnya melintas dalam artian jalur pulang tidak sama dengan jalur keberangkatan, bisa jadi turunnya ke Linggarjati atau Apuy. Jadi!!! kami bakalan sendirian di atas!!! gak masalah... semangat kami masih tinggi untuk menuntaskan pendakian ini. Di shelter kami sempat dimasakkan air sama temen-temen pendaki lain, ya sebelumnya saya cerita klo kompor ketinggalan. Alhamdulillah kami berdua bisa membuat kopi, sungguh kenikmatan tiada tara disaat kedinginan kondisi basah karena kehujanan dan tak lupa rokok menemani. Bisa dikatakan cukup lama kami disini, sampai satu persatu para pendaki dan penduduk lokal meninggalkan shelter untuk turun. Tinggal kami berdua, lanjutkan perjalanan! sempat kami bawa beberapa kayu bakar sisa api unggun mengingat kami tidak bawa kompor serta kondisi diluar hujan pasti kayu basah semua, minimal pas cerah kami bisa buat api unggun di puncak. Jam 17.00 kami melanjutkan perjalanan, jalan begitu terasa menanjak setelah melewati sungai. Hari mulai gelap, head lamp yang kami pakai mulai kami nyalakan. Hujan sudah tidak begitu deras namun masih banyak genangan air di jalan yang kami lalui. Sempat bertemu 2 orang penduduk yang turun kemungkinan membawa sesuatu, biasanya penduduk suka mencari ayam hutan atau trenggiling klo di jam-jam begini. Kadang melarang yang seperti ini susah karena rata-rata alasan buat mengisi perut, mudah-mudahan pemerintah daerah bersama Taman Nasional dapat mengarahkan pelaku-pelaku perusak lingkungan ini. Jalanan tidak begitu sulit meskipun kondisi gelap, sangat jelas jalurnya. Yang berat adalah kemiringan jalur ini, wah ya lumayan memaksa otot kaki bekerja lebih keras. POS 2 Kuta serta POS 3 Pangguyangan Badak telah kami lewati dan akhirnya  hampir lebih dari setengah jam setelah POS 3 yaitu pukul 19.30 akhirnya kaki si Gento kram. Mau tidak mau kami harus istirahat dan mendirikan tenda disini. Kebetulan kami berhenti di tikungan tanjakan dengan camping ground cukup bisa dipakai satu tenda kapasitas 3 orang. Masalah lanjut ke puncak bisa kami pikirkan keesokan hari stelah kami istirahat. Tenda berdiri, kami bisa makan malam dan kondisi di luar masih gerimis. Jam 21.30 langit begitu cerah, kami menengadah ke atas terlihat bintang-bintang disela-sela rimbunnya pepohonan. Sempat saat itu juga kami kepikiran untuk melanjutkan perjalanan namun feeling saya kurang pas karena cuaca sulit ditebak apalagi ada yang kakinya kram. Permainan domino, merokok, minuman kopi kaleng dan obrolan demi obrolan menghabiskan malam kami. Lanjut tidur, dan tidak lama sekitar pukul 01.30 saya terbangun. Bukan karena suara binatang yang mengagetkan, pengen kecing atau apa tapi karena kedinginan. Bener-bener butuh sleeping bag dan jacket gunung. Sleeping bag cuma satu yang kami pake bersama untuk alas tidur pengganti matras sedangkan jacket yang saya bawa saya pake sebagai pengganti jas hujan otomatis masih basah. Terbangun - tidur - terbangun dan ditemani beberapa kentut, wkwkwk akhirnya hari mulai pagi. Kami mencoba membakar kayu yang kami bawa dari POS 1 berharap bisa memasak air untuk membuat kopi dan mie. Satu jam lebih masih tidak berhasil, sempat nyala besar trus mati lagi mungkin karena suhu yang terlalu dingin dengan kelembapan yang tinggi menjadi penghalang. Sarapan pagi masih dengan nasi bungkus yang sengaja tidak kami habiskan saat makan malam. Karena terlalu siang dan cuaca mendung jadi kami putuskan untuk tidak melanjutkan mendaki, akhirnya kamipun turun jam 10 pagi. Perjalanan turun terasa begitu cepat dan sempat sedikit terkejut karena perjalanan yang kami lewati kemaren pada malam hari begitu terjal. Kami banyak berhenti apalagi ada view yang bagus dan tidak terburu-buru juga #masih betah. Melihat hijau-hijau dedaunan, lumut-lumut yang menempel pada pohon-pohon besar yang terlihat berumur tua sungguh sejuk di mata dan pastinya udara begitu segar. Jelas beban kehidupan tak terpikirkan walaupun untuk sementara sih. Alhamdulillah sampai POS 1 jam 12.30, disini air melimpah bisa buat BAB dan di shelter masih ada sisa kayu bakar untuk api unggun kemarennya. Karena kayunya kering jadi mudah terbakar, sesuatu itu adalah bisa masak air untuk buat kopi dan mie :P. Sepi sekali dan memang sepanjang perjalanan turun ini sama sekali tidak bertemu orang lain. Kami puas-puasin disini sebelum kembali ke rutinitas ketemu hari SENIN :(. Jam 15.30 kami balik seiring semakin derasnya hujan yang telah mengguyur satu jam lamanya. Semakin ke bawah semakin reda hujannya. Pukul 17.30 kami sampai di POS Perijinan Pendakian Cisantana. Walaupun tidak sampai puncak, kami tetap senang karena masih bisa menikmati dan bersahabat dengan alam.   














Tidak ada komentar:

Posting Komentar